Berburu Uang di Kota Sejuk Nekat Menjadi 'Ayam Kampus' Karena Butuh Uang

Bagi Pekerja seks komersial (PSK) dalam menjajakan diri
dilakukan secara terbuka bahkan tanpa memandang tempat. Tapi, tidak demikian dengan para mahasiswi yang bergelut di dunia 'ayam kampus'. Mereka sangat tertutup dan rapi, namun sepak terjangnya boleh dikatakan

mengalahkan PSK profesional secara umum. Bahkan, tidak mudah 'lelaki hidung belang' memasuki arena mereka itu.*

Keberadaan mahasiswi panggilan atau lebih dikenal dengan “ayam kampus” banyak dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi dan menggunakan 'spion' khusus. Sehingga, tidak semua orang mengetahui sepak terjangnya.

Mereka ini menggunakan koordinator utama yang disebut “kakak”. Untuk dapat membawa mahasiswi ini, harus menghubungi langsung 'kakak' dan diawali dengan telepon terlebih dulu untuk janjian ketemu.*

“Saya menjadi 'kakak' beberapa mahasiswi dari kota sejuk PTS di Salatiga sudah hampir tiga tahun lamanya. Sebelumnya, saya menggeluti

bisnis semacam itu hampir enam tahun di Solo dan Yogyakarta. Karena sudah jenuh, saya keluar dari kerjaan dan pulang ke Salatiga mengelola rumah kos.

Ternyata, dari delapan mahasiswi yang kos di rumah saya, ada dua orang yang 'nyambi' menjadi ‘ayam kampus’. Dari sinilah, saya menawarkan jasa untuk dapat menjadi tim manajemennya,” terang NK (40), seorang 'kakak' yang berhasil ditemui Harsem, kemarin.

Menurutnya, untuk dapat memboking ayam kampus ini, sebagai kakak harus pandai-pandai merayu dan mengetahui terlebih dulu siapa lelaki yang akan memboking. Selain itu, apakah ayam kampus ini cocok atau tidak, sang kakak harus pandai memastikannya.

Tidak gampang menjadi kakak dari bisnis ini, butuh strategi khusus dan semuanya harus benar-benar aman serta menghasilkan uang. Karena ayam kampus ini, menggeluti bisnis ini murni mencari uang untuk biaya kuliah dan kehidupan sehari-hari di tempat kos.

Selama tiga tahun menjadi kakak ini, paling banyak yang membutuhkan ayam kampus adalah dari kalangan pejabat, baik eksekutif maupun legislatif.

Sedangkan untuk pengusaha muda di Salatiga, paling hanya satu dua orang yang menjadi pelanggannya. Untuk pejabat, yang menjadi pelanggannya ada sekitar tujuh orang, dan mereka itu selalu bergantian dalam memboking ayam kampus, anak buah 'kakak' ini.
“Tarif ayam kampus ini rata-rata di Salatiga Rp 500.000 – Rp 750.000
untuk WP (waktu pendek) atau short time. Namun, jika memilih WL (waktu
lama) atau long time, tarifnya maksimal Rp 1 juta. Dari tarif tersebut,
sang 'kakak' akan mendapatkan fee 15 persennya.

Khusus untuk anak buah saya, menggunakan istilah WP dan WL, sehingga saat ngobrol dan didengar orang,akan bingung dengan istilah tersebut. Istilah ini hanya untuk kalangan sendiri dan para pelanggan,” kata NK, lebih lanjut.*

Sementara, beberapa anak buah 'kakak' yang ditemui Harsem mengaku, dirinya nekat nyambi menjadi ayam kampus tidak semata-mata mencari uang.

Alasan mereka bervariasi, di antaranya karena pelampiasan, iseng-iseng dapat uang, serta ingin mencari pasangan hidup jika nantinya lulus kuliah. Namun, ada dua anak buah kakak ini yang benar-benar sudah profesional, mereka sengaja terjun ke bisnis ini karena uang.(Heru Santoso/njs-bersambung)